
Perjuangan Tiwi yang Tidak Terwujud
Tiwi, seorang pegawai Badan Pusat Statistik (BPS) Halmahera Timur, memiliki keinginan kuat untuk membangun perpustakaan kecil-kecilan bagi anak-anak di Halmahera. Ia ingin memberikan akses literasi yang cukup kepada anak-anak daerah tersebut. Namun, keinginan ini tidak sempat terwujud karena nyawanya direnggut oleh rekan kerjanya sendiri, Aditya Hanafi.
Sebelum meninggal, Tiwi sudah membawa satu koper penuh buku dari Magelang. Buku-buku ini ditujukan untuk anak-anak dan remaja di Halmahera Timur. Meski rencana pindah tugas ke Magelang belum mendapat persetujuan dari tempatnya bekerja, ia tetap berusaha mewujudkan impian perpustakaan tersebut.
Kepergian yang Menyedihkan
Kepergian Tiwi menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Ayahnya, Karyanto, mengenang putrinya sebagai sosok pejuang dan pekerja keras. Ia juga menyebut bahwa Tiwi memiliki hati yang mulia dan selalu siap membantu orang lain. Setelah kepergian Tiwi, Karyanto mengetahui bahwa putrinya memiliki banyak teman. Bahkan, perwakilan komunitas literasi dari Jogja datang ke Magelang untuk menyampaikan belasungkawa.
Kabar meninggalnya Tiwi pertama kali diterima oleh keluarga pada 31 Juli 2025. Awalnya, keluarga mengira Tiwi meninggal akibat kelelahan karena kebiasaannya bekerja hingga larut malam. Namun, setelah proses pemeriksaan dilakukan, jenazah Tiwi ditemukan di rumah dinas BPS. Dari hasil penyelidikan, diketahui bahwa Tiwi menjadi korban pembunuhan oleh Aditya Hanafi.
Proses Hukum yang Berjalan
Setelah kejadian tersebut, keluarga menyerahkan proses hukum kepada pihak kepolisian dan pendamping hukum dari BPS. Mereka berharap hukum dapat ditegakkan dengan adil. Karyanto menyatakan bahwa mereka telah ikhlas menerima kejadian ini dan hanya berharap pelaku mendapat hukuman seberat-beratnya.
Sosok Tiwi dalam pandangan keluarga sangat istimewa. Ia dikenal sebagai sosok yang supel dan senang bergaul. Selain itu, Tiwi aktif dalam komunitas literasi dan menulis. Komunitas tersebut bahkan menginisiasi gerakan #JusticeForTiwi di platform X untuk mengawal kasus ini di media sosial.
Rencana yang Tidak Terwujud
Meski rencana pindah tugas ke Magelang belum mendapat persetujuan, Tiwi tetap berusaha mewujudkan impian perpustakaan kecil-kecilan. Ia membawa buku-buku dari Magelang saat momen mudik Lebaran. Buku-buku ini masih tersisa setengah koper di Magelang. Ia bahkan meminta sang ibu, Listyawardani, agar mengirim sisanya ke Haltim.
Kini, rencana tersebut tidak pernah terwujud karena Tiwi telah berpulang. Karyanto mengakui bahwa Allah memiliki rencana yang lebih baik. Ia dan istrinya mencoba ikhlas dan mengambil hikmah dari kejadian ini.
Kenangan yang Tak Terlupakan
Komunikasi terakhir keluarga dengan Tiwi terjadi melalui panggilan video bersama adiknya. Saat itu, Tiwi bercerita ingin pulang ke Magelang pada September bertepatan dengan momen ulang tahunnya. Namun, Karyanto menyarankan agar Tiwi tidak pulang sekarang karena baru saja pulang Lebaran. Biasanya, Tiwi memang pulang dua kali setahun.
Meski tidak lagi bisa bertatap muka, keluarga mengenang Tiwi sebagai perempuan yang supel, berjiwa sosial tinggi, dan memiliki semangat juang besar. Mereka berharap proses hukum terhadap kasus ini berjalan adil dan pelaku mendapat hukuman seberat-beratnya.
0 Komentar