Kepala Bulog Ungkap Stok Beras di Pasaran, Tindak Lanjuti Isu Kelangkaan dan Harga Melonjak

Featured Image

Penyaluran Beras SPHP oleh Bulog Menghadapi Tantangan di Lapangan

Direktur Utama Perum Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menegaskan bahwa perusahaan telah melakukan penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dalam jumlah besar ke berbagai jaringan ritel modern. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap isu kelangkaan dan kenaikan harga beras yang terjadi di pasar ritel beberapa waktu terakhir.

Hingga pertengahan Agustus 2025, penyaluran beras SPHP ke Hypermart mencapai 15.000 ton. Sementara itu, Indomaret menerima sebanyak 97.500 ton, Alfamart sebesar 460.000 ton, dan Lion Superindo 20.000 ton. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat mengingat luasnya jaringan ritel modern yang terlibat, seperti 45.000 outlet Alfamart dan lebih dari 55.000 outlet Indomaret.

“Realisasi penyetoran di retail modern SPHP beras di tingkat konsumen, ini kami lakukan semaksimal mungkin,” ujar Ahmad Rizal saat rapat kerja bersama Kementerian Pertanian, Bapanas, dan Komisi IV DPR RI, Kamis (21/8/2025). Ia menambahkan bahwa distribusi ini akan terus berkembang seiring dengan penyebaran jaringan ritel tersebut.

Namun, meskipun penyaluran disebut masif, masih ada tantangan di lapangan. Beberapa konsumen melaporkan kesulitan menemukan beras SPHP di rak-rak minimarket. Di sisi lain, harga beras di pasaran, terutama jenis premium, masih melambung di atas harga eceran tertinggi (HET).

Kondisi ini memunculkan pertanyaan tentang efektivitas distribusi Bulog dalam menjangkau konsumen. Apakah penyaluran hanya tercatat secara administratif tanpa memberikan dampak nyata terhadap stabilisasi harga?

Harga Beras Premium Menggila, Warga Kelas Menengah Terdampak

Kris, seorang karyawan swasta dan warga Cipayung, Jakarta Timur, mengaku terkejut saat belanja bulanan awal Agustus lalu. Ia menemukan harga beras premium kemasan 5 kilogram (kg) yang biasanya dibanderol Rp 74.000 tiba-tiba melonjak menjadi Rp 103.000.

“Sebetulnya, kemarin kan belanja bulanan, pas di bagian beras, yang biasanya 74.000 beras premium hampir semua merek, kok kemarin Rp 103.000 (per kemasan 5 kg) agak kaget juga,” ujar Kris saat dikonfirmasi.

Kenaikan harga sekitar 33 persen ini terasa memberatkan, apalagi ditambah dengan aturan pembelian yang dibatasi hanya 5 kilogram per orang. Kris sempat menanyakan langsung kepada petugas di minimarket Naga mengenai alasan kenaikan harga beras premium tersebut.

Dari keterangan yang diterimanya, pasokan beras memang sedang jarang, sehingga pihak ritel membatasi pembelian. Pria berusia 39 tahun ini merasa kondisi ini sangat mencekik bagi kalangan kelas menengah. Biasanya, ia membeli hingga tiga kantong sekaligus untuk stok bulanan.

Kini, dengan kenaikan harga yang signifikan dan adanya pembatasan, ia harus mencari cara lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Makanya dibatasi dan harga naik, naiknya mencekik sih buat kelas menengah. Beli di situ juga satu kantong, sambil memikirkan bakal beli dimana untuk stok. Biasanya di situ beli tiga kantong,” ucap Kris.

0 Komentar