Pantai Batu Hijau: Wisata Alam yang Memikat dan Menguntungkan

Pantai Batu Hijau: Wisata Alam yang Memikat dan Menguntungkan

Keunikan Pantai Batu Hijau Ende dan Kehidupan Masyarakat Sehari-hari

Pantai Batu Hijau di Desa Penggajawa, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, memiliki daya tarik yang tidak biasa. Berbeda dengan pantai-pantai lain di pesisir Selatan Pulau Flores, kawasan ini dikenal dengan hamparan batu berwarna hijau alami yang membentang luas di sepanjang pesisir. Batu-batu ini menjadi salah satu ciri khas yang menarik perhatian wisatawan maupun pelaku usaha batu hias.

Selama beberapa dekade, warga setempat memanfaatkan kekayaan alam ini untuk mencari penghidupan. Batu hijau dikumpulkan, disortir, dan dijual sebagai bahan penghias taman, eksterior rumah, atau bahkan untuk keperluan artistik. Permintaan dari luar daerah seperti Surabaya, Jawa Timur, terus meningkat, memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat.

Yang menarik adalah meskipun telah dieksplorasi selama bertahun-tahun, keberadaan batu hijau di kawasan ini seolah tak pernah habis. Setiap kali ombak datang dan surut, batu-batu baru tampak bermunculan dari balik pasir, seakan alam terus memperbaharui stoknya. Hal ini menjadikan Pantai Batu Hijau sebagai sumber ekonomi penting bagi warga, meski masih dikelola secara tradisional.

Aktivitas Harian Warga di Pantai Batu Hijau

Setiap hari, banyak warga, baik tua maupun muda, turun langsung ke pantai untuk mengumpulkan batu. Mereka mengangkut hasilnya dengan karung di sepanjang jalan di Desa Penggajawa, lalu menjajarkan kepada pembeli lokal maupun dari luar daerah.

Salah satu pasangan suami istri yang bekerja di sini adalah Muhammad Faisal dan Siti Halijah. Mereka sudah bekerja sebagai penjual batu hijau sejak tahun 2000 lalu, kurang lebih 25 tahun lamanya. Menurut Faisal, mereka memilih pekerjaan ini karena kondisi ekonomi yang tidak stabil.

"Kita ini kan masyarakat ekonomi lemah jadi mencari pekerjaan sampingan untuk dapat penghasilan tambahan dengan kerja seperti ini," ujarnya.

Meski pendapatan tidak menentu setiap bulannya, Faisal dan Siti tetap melakoni pekerjaan itu demi menghidupi anak semata wayang mereka yang kini bekerja di Bali. "Penghasilannya turun naik tidak menentu, turun naik seperti laut ini ada pasang naik dan pasang surut juga," kata Faisal sambil tersenyum.

Proses Pengumpulan dan Penjualan Batu Hijau

Batu-batu hijau berbagai ukuran yang dipilih kemudian dipilah sesuai ukuran, mulai dari yang besar hingga ukuran kecil seperti kerikil. Hasilnya dimasukkan ke dalam karung-karung bekas terigu berukuran 25 kg. Harga satu karung batu hijau beragam ukuran dijual dengan harga Rp 15.000/karung. Dalam sebulan, rata-rata mereka mendapatkan penghasilan Rp 750.000.

Dalam sehari, Faisal dan Siti memilih batu sesuai jumlah yang terbawa ombak ke bibir pantai. "Kalau batunya naik banyak, kami juga bisa pilihnya banyak, kalau naiknya sedikit kami juga pilihnya sedikit," katanya.

Pembeli biasanya orang-orang di sekitar, namun juga ada yang mengirim ke Surabaya dan daerah Jawa lainnya. "Tidak setiap hari orang datang beli, tapi kadang sehari itu orang beli sampai 100 karung," tambahnya.

Pekerjaan Lain yang Dilakukan Warga

Selain Faisal dan Siti, warga Desa Penggajawa lainnya juga mencari penghasilan tambahan dengan menjual batu hijau. Salah satunya adalah Gummara. Ia biasanya melakukan pekerjaan ini jika tidak sedang berkebun. Setiap sore, ia bersama sejumlah warga lainnya memilih batu hijau di pesisir pantai, memilahnya, dan mengisi ke dalam karung untuk dijual.

Harga jual batu hijau yang dikumpulkan sama dengan milik Faisal dan Siti, yaitu Rp 15.000/karung 25 kg. Pekerjaan ini sudah dilakoninya selama empat tahun terakhir dan membantu perekonomian keluarganya. Meski penghasilannya tidak menentu, Gummara tetap melakoni pekerjaan ini.

"Dalam satu bulan itu kadang dapat, kadang tidak, tergantung pembeli dan rejeki, kadang satu karung saja dalam satu hari," ujarnya, yang juga bekerja sebagai petani.

Kesimpulan

Baik Muhammad Faisal, Siti Halijah, maupun Gummara tetap menjual batu hijau meskipun penghasilannya tidak stabil. Namun, pekerjaan ini menjadi bagian penting dari kehidupan mereka, membantu menghidupi keluarga dan mempertahankan tradisi yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

0 Komentar