
Kereta Cepat Whoosh, Proyek yang Menjadi Beban Finansial BUMN
Kereta cepat Whoosh, salah satu proyek strategis pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, terus mengalami kerugian yang sangat besar. Dari berbagai laporan keuangan dan pernyataan resmi, diketahui bahwa proyek ini telah menimbulkan kerugian hingga triliunan rupiah. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), Bobby Rasyidin, menyebutnya sebagai "bom waktu" yang bisa memengaruhi stabilitas keuangan sejumlah BUMN.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh telah beroperasi sejak Oktober 2023. Meskipun diresmikan oleh Presiden Jokowi, operasionalnya justru terus mencatat kerugian yang signifikan. Hal ini membuat PT KAI, yang menjadi pelaksana utama dalam proyek ini, harus menanggung beban finansial terbesar. Selain itu, empat BUMN lainnya yang terlibat dalam konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) juga turut merasakan dampak dari utang besar serta beban bunga yang tinggi.
Kerugian yang Terus Bertambah
Laporan keuangan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PT PSBI), entitas anak usaha KAI, menunjukkan bahwa pada tahun 2024, kerugian mencapai Rp4,195 triliun. Di semester pertama 2025, kerugian tersebut meningkat lagi menjadi Rp1,625 triliun. PT PSBI merupakan pemegang saham mayoritas di PT KCIC, sehingga kerugian yang dialami KCIC secara langsung memengaruhi keuangan empat BUMN Indonesia yang menjadi pemegang sahamnya.
Pemegang saham PT PSBI terdiri dari empat BUMN Indonesia, yaitu PT KAI dengan kepemilikan saham 58,53 persen, WIKA sebesar 33,36 persen, Jasa Marga 7,08 persen, dan PTPN VIII sebesar 1,03 persen. Sementara itu, dari sisi China, lima perusahaan besar seperti China Railway International Company Limited dan CRRC Corporation Limited ikut berpartisipasi dalam konsorsium.
Dampak Keuangan yang Mengkhawatirkan
Anggota Komisi VI DPR RI, Anggia Emarini, menyatakan bahwa kinerja KAI seharusnya lebih baik. Namun, beban utang dari proyek Whoosh membuat KAI mengalami defisit. Hal ini juga diamini oleh anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto, yang memproyeksikan bahwa jika utang tidak segera dilunasi, pada 2026 utang KAI bisa mencapai Rp6 triliun.
Selain itu, investasi KAI ke PT PSBI pada 2025 mencapai Rp7,7 triliun untuk mendukung proyek KCIC. Kerugian terbesar yang dialami PT PSBI pada 2024 mencapai lebih dari Rp4 triliun, yang kemudian dibebankan kepada empat BUMN Indonesia.
Sejarah Proyek Kereta Cepat di Indonesia
Proyek kereta cepat di Indonesia sebenarnya sudah digagas sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah menunggu selama 15 tahun, akhirnya kereta cepat Whoosh resmi beroperasi pada Oktober 2023. Nama "Whoosh" diambil dari suara yang dihasilkan saat kereta melaju cepat, dan juga merupakan singkatan dari "waktu hemat operasi optimal sistem hebat".
Whoosh menjadi kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara dengan kecepatan maksimal 350 km/jam. Proyek ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian dan pariwisata di wilayah yang dilaluinya. Namun, dengan biaya investasi yang sangat besar, yaitu sekitar 7,2 miliar dolar AS atau setara Rp116 triliun, proyek ini masih menghadapi tantangan besar dalam hal keberlanjutan finansial.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Meskipun memiliki potensi besar, proyek Whoosh masih menghadapi berbagai kendala, termasuk harga tiket, ketepatan waktu, dan ketersediaan moda transportasi pendukung. Dengan jumlah negara yang memiliki layanan kereta cepat hanya sekitar 10,3 persen dari total negara di dunia, Indonesia berada di jalur yang tepat untuk mengembangkan infrastruktur transportasi modern.
Namun, dengan kondisi keuangan yang terus mengalami tekanan, pihak terkait harus segera mencari solusi agar proyek ini dapat berjalan secara efisien dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
0 Komentar