Bibir sumbing, juga dikenal sebagai celah bibir, adalah sebuah kondisi medis congenital yang terjadi ketika bibir atas tidak berkembang dengan normal, biasanya disertai dengan celah pada langit-langit mulut (palate) atau struktur lainnya di area wajah. Ini terjadi karena kegagalan kedua sisi wajah untuk bersatu dengan benar pada fase awal perkembangan janin, sesuai dengan definisi dalam Kamus Kedokteran Dorland.
Penderita bibir sumbing sering kali mengalami kesulitan dalam berbicara dan makan. Bunyi bahasa yang dihasilkan dapat terdistorsi, membuat komunikasi menjadi sulit. Abnormalitas lengkung gigi anterior dan rongga mulut yang jelek juga dapat mengganggu gerakan lidah dan bibir, memperburuk masalah bicara dan makan. Selain itu, penderita juga rentan terhadap infeksi telinga dan masalah oral health yang lebih luas.
Keadaan ini tidak hanya mempengaruhi individu penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungannya. Orang tua penderita sering merasakan emosi kuat seperti kaget, sedih, malu, khawatir, dan takut. Stigma sosial yang ditimbulkan oleh kecacatan ini dapat membuat mereka enggan berinteraksi secara sosial, meningkatkan isolasi sosial dan depresi.
Anak penderita juga rentan mengalami stigma dan bullying dari teman-temannya, yang dapat mempengaruhi psikologis dan masa depannya.
Pentingnya Dukungan Keluarga Untuk Penderita Bibir Sumbing
Kesesedihan penderita bibir sumbing tidak hanya datang dari gejala klinis nyata, tetapi juga dari stigma psikososial yang kuat. Pentingnya dukungan psikiatri, support dari keluarga, dan penatalaksanaan medis yang tepat waktu dapat membantu mengurangi dampak negatif dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
Dengan demikian, kita dapat membantu mereka merasa lebih lega dan bahagia, seperti yang dirasakan oleh dokter spesialis bedah plastik ketika melihat pasien berhasil pulih dari operasi.
Sosok Inspiratif Pemberi Harapan Baru Penderita Sumbing
Rahmad Maulizar, kelahiran Meulaboh 20 September 1993 adalah pekerja sosial Pemberi Senyum dan Harapan Hidup Baru Anak–Anak Sumbing di Aceh. Tugasnya mencari dan memberikan pendampingan bagi penderita bibir sumbing dan langit–langit. Adalah Smile Train Indonesia dan Rumah Sakit Malahayati Banda Aceh yang menyediakan layanan gratis operasi bibir sumbing dan langit–langit mulut bagi pasien tidak mampu di Provinsi Aceh.
Sampai pertengahan 2019, lebih dari 3200 pasien bibir sumbing dan langit langit mulut sudah mendapatkan pelayanan gratis ini. Berdasarkan catatan Smile Train Indonesia, setiap bulan rata-rata ada 40 pasien di operasi melalui tangan Dr. M. Jailani, SpBP-RE (K), dokter ahli bedah plastik yang menjadi mitra Smile Train di Provinsi Aceh.
Program ini dijalankan Rahmad Maulizar, laki–laki kelahiran 1993 yang pernah menjadi penderita bibir sumbing selama 18 tahun. Dulu ia pasien yang kemudian bergabung sejak 2008, dan menjalani operasi gratis tahun 2011.
Setelah merasakan sempurnanya senyum dan munculnya harapan hidup baru, ia kemudian ingin turut menyebarkan kebaikan yang sama bagi penderita bibir sumbing dan langit – langit mulut di seluruh Aceh.
Cara termudah yang harus ia lakukan adalah berkeliling ke penjuru desa di Provinsi Aceh mencari sebanyak mungkin penderita bibir sumbing dan langit langit mulut. Ia mengajak pasien dan keluarganya untuk datang ke rumah sakit agar mendapatkan pelayanan operasi bibir sumbing gratis dari Smile Train Indonesia.
Meski tidak berjalan mudah, perjuangan Rahmad Maulizar membuahkan hasil yang besar. Rahmad juga berhasil mendaptkan apresiasi SATU Indonesia Awards tahun 2021. (*)
0 Komentar