Kiai Zuhri: Disiplin dan Keikhlasan adalah Kunci Kemajuan Pesantren

Dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan, Kiai Zuhri memberikan tausiyah yang sarat makna dalam acara Halalbihalal keluarga besar Pondok Pesantren Nurul Jadid, Sabtu (12/04/2025). Acara ini berlangsung di aula pesantren dan menjadi momen refleksi serta penguatan nilai-nilai kebersamaan, pengabdian, dan kedisiplinan.

Mengawali ceramahnya, Kiai Zuhri menekankan pentingnya menjaga hubungan baik, tidak hanya secara vertikal dengan Allah, tetapi juga secara horizontal dengan sesama manusia. "Kebahagiaan kita tak bisa dilepaskan dari kondisi sekitar. Hubungan kita dengan orang lain ikut menentukan ketenangan batin," dawuh beliau dengan lembut namun penuh ketegasan.

Dalam pesannya, beliau juga mengingatkan bahwa dosa tidak semata-mata berkaitan dengan pelanggaran terhadap perintah Allah, tetapi juga terhadap perbuatan zalim kepada sesama manusia dan makhluk hidup lainnya. Beliau mengisahkan tentang seorang sahabat Nabi yang mendapatkan murka Allah karena menyiksa seekor kucing. "Dosa kepada Allah bisa diampuni langsung, tapi jika terhadap sesama, kita wajib meminta maaf kepada yang kita dzalimi," tuturnya menegaskan pentingnya menjaga etika sosial dan empati.

Sorotan utama dalam tausiyah tersebut adalah soal kedisiplinan dan profesionalisme dalam menjalankan tugas di lingkungan pesantren. Kiai Zuhri mengingatkan bahwa kebersamaan saja belum cukup untuk mewujudkan kemajuan. “Bersama saja tidak cukup. Kebersamaan itu harus bekerja,” tegas beliau. Menurutnya, kerja yang produktif mensyaratkan kesungguhan, manajemen yang baik, dan disiplin yang kuat.

Namun beliau tidak menutup mata terhadap kenyataan di lapangan. Ia mengakui bahwa membangun budaya disiplin di lingkungan pesantren masih menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, beliau mendorong semua elemen, terutama para pemimpin di lingkungan pesantren, untuk menjadi teladan dalam menegakkan kedisiplinan. “Membangun budaya disiplin harus dimulai dari para pemimpin. Kita harus terus belajar, karena tidak semua ilmu kita kuasai,” ungkapnya.

Kiai Zuhri juga mengajak seluruh santri dan pengabdi untuk memahami perbedaan antara bekerja dan mengabdi. Menurutnya, meski hasilnya tampak sama, namun niat menjadi pembedanya. “Orang yang mengabdi dengan ikhlas akan diberi pertolongan dan keluasan oleh Allah. Hatinya lapang, rezekinya cukup, dan hidupnya tenang. Karena sesungguhnya, ikhlas itu adalah kerja keras,” ucap beliau penuh keyakinan.

Mengutip pesan dari para pendahulu, Kiai Zuhri menyampaikan pesan inspiratif dari salah satu pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri. “Jika kamu sungguh-sungguh mengajar dan mengabdi di pondok, kamu tidak akan susah.” Dengan demikian, jika seseorang merasa berat dalam pengabdiannya, maka hal itu bisa menjadi isyarat untuk introspeksi dan evaluasi diri.

Menutup tausiyahnya, Kiai Zuhri mengingatkan pentingnya adaptasi terhadap perubahan zaman, namun tetap menjaga jati diri santri. “Menyesuaikan zaman itu penting, tapi jangan sampai jati diri santri hilang,” katanya. Ia juga berharap agar acara Halalbihalal di tahun-tahun mendatang bisa menjadi momentum perbaikan dan pembaruan ke arah yang lebih baik. “Semoga kita dipertemukan kembali dalam Halal Bihalal berikutnya. Bukan hanya sekadar bersilaturahmi, tapi juga memperbaiki kondisi dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik,” tutupnya dengan penuh harap.

Tausiyah tersebut menjadi pengingat bahwa disiplin dan keikhlasan bukan hanya nilai-nilai utama dalam kehidupan santri, tetapi juga kunci penting dalam membangun masa depan pesantren yang lebih maju dan bermakna. (*)

0 Komentar