GUBUKINSPIRASI.com - Di tengah cepatnya laju teknologi dan perubahan gaya hidup masyarakat, pelaku UMKM dituntut untuk lebih dari sekadar bisa jualan. Mereka harus mampu berinovasi, menyesuaikan diri, dan tetap relevan di era digital. Tantangannya bukan main: dari keterbatasan akses modal, kurangnya pengetahuan pasar, hingga rendahnya kepercayaan diri bersaing di ranah digital. Namun, sebagian pelaku UMKM membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat, bertahan bukan hal mustahil—justru menjadi peluang untuk tumbuh lebih kuat.
Jembatan Menuju Masa Depan Digital
Digitalisasi kini bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. Konsumen Gen Z dan Milenial, yang merupakan kelompok pasar terbesar saat ini, semakin terbiasa belanja secara online, mencari ulasan digital, hingga membuat keputusan pembelian hanya lewat satu swipe di layar ponsel. Jika UMKM tidak ikut beradaptasi, besar kemungkinan mereka akan tertinggal dari pesaing yang sudah lebih dulu menancapkan kaki di dunia digital.
“Masalahnya, banyak UMKM merasa ‘asing’ dengan dunia digital,” ungkap Ivan Halim, CMO Sevenpreneur, saat memberikan materi di Pelatihan Digitalisasi Bisnis UMKM yang digelar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
“Padahal, teknologi bukan ancaman. Justru teknologi bisa menjadi jembatan untuk UMKM menjangkau pelanggan yang lebih luas.”
Ivan membongkar kenyataan pahit: hanya 1% UMKM di Indonesia yang mampu bertahan hingga 10 tahun. Angka yang mengejutkan ini disebabkan oleh banyak hal, termasuk kurangnya inovasi, ketakutan gagal, hingga minimnya pemahaman soal siapa sebenarnya target pasar mereka.
Ivan membongkar kenyataan pahit: hanya 1% UMKM di Indonesia yang mampu bertahan hingga 10 tahun. Angka yang mengejutkan ini disebabkan oleh banyak hal, termasuk kurangnya inovasi, ketakutan gagal, hingga minimnya pemahaman soal siapa sebenarnya target pasar mereka.
Mengenal Pelanggan Lebih Dalam, Bukan Sekadar Menjual
Salah satu kunci bertahan di era digital adalah dengan memahami pelanggan, bahkan sebelum mereka menyadari apa yang mereka butuhkan. Ivan menyebut empat elemen penting dalam menciptakan produk yang benar-benar dicari pasar: keresahan, kebutuhan, keinginan, dan kebiasaan pelanggan.
“Pebisnis yang sukses bukan cuma jago produksi, tapi tahu apa keresahan target market-nya. Dari keresahan itu, dia bangun solusi,” katanya. Misalnya, seorang penjual skincare lokal tak cukup hanya menjual sabun wajah. Ia harus tahu, apakah pelanggannya sedang resah karena jerawat hormonal, ingin kulit lebih cerah alami, atau punya rutinitas cepat karena sibuk kerja. Dari sana, baru bisa dibangun produk yang nyambung dengan konsumen.
Menemukan Nilai Tambah yang Unik
Namun, punya produk bagus saja belum cukup. Di era banjir pilihan, pembeli butuh alasan untuk memilih satu brand dibanding yang lain. Di sinilah pentingnya unique selling proposition (USP)—nilai unik yang membedakan produk kamu dari kompetitor.
USP bisa muncul dari kualitas bahan, cara pelayanan, kemasan, hingga cerita di balik produk. “Produk yang ditawarkan harus unik dan spesifik. Artinya, punya pembeda yang relevan dengan kebutuhan pelanggan,” kata Ivan.
Contohnya, sebuah UMKM kuliner mungkin bisa menambahkan nilai pada produknya dengan mengusung tema zero waste packaging, atau cerita petani lokal yang jadi sumber bahan bakunya. Di era digital, cerita seperti ini sangat bisa diviralkan, terutama jika disampaikan lewat konten kreatif di media sosial.
Digitalisasi = Akses, Bukan Hanya Toko Online
Sering kali, pelaku UMKM mengira digitalisasi hanya sebatas punya toko di marketplace atau akun Instagram. Padahal, digitalisasi yang berdampak lebih dari itu: memahami data pelanggan, membangun komunikasi dua arah dengan konsumen, serta menggunakan platform digital untuk edukasi dan storytelling.
Banyak pelaku UMKM sukses memanfaatkan WhatsApp Business untuk pelayanan yang cepat, TikTok untuk promosi yang relatable, hingga Google My Business untuk mempermudah orang menemukan lokasi mereka secara offline.
Yang terpenting, digitalisasi juga memberi kesempatan untuk mendapatkan masukan pelanggan secara langsung. Pebisnis bisa tahu produk mana yang disukai, kapan waktu terbaik untuk promosi, hingga siapa pelanggan paling loyal. Informasi ini bisa jadi senjata utama dalam menyusun strategi bisnis.
Konsistensi dan Keberanian Mencoba
Salah satu kesalahan umum UMKM adalah terlalu cepat menyerah saat strategi digitalnya tidak langsung membuahkan hasil. “Inovasi bukan soal besar kecilnya modal, tapi soal keberanian untuk terus mencoba, mendengar feedback, dan menyesuaikan,” tegas Ivan.
Di balik semua tools dan platform digital, inti dari bisnis tetap sama: buatlah sesuatu yang benar-benar diinginkan orang. Teknologi hanya alat. Fokusnya tetap pada pelanggan.
Penutup: UMKM Melek Digital adalah UMKM Tangguh
Era digital membawa tantangan besar, tapi juga peluang tak terbatas. Dengan memahami pelanggan, menciptakan produk yang benar-benar dibutuhkan, serta membangun nilai unik dari setiap usaha, UMKM punya kesempatan besar untuk bukan hanya bertahan—tapi menang.
Untuk Gen Z dan Milenial yang sedang merintis atau mengembangkan usaha, pelajaran dari para pelaku UMKM ini bisa jadi pengingat: jangan takut gagal, jangan takut mencoba hal baru, dan jangan lupa, bisnis yang hebat selalu dimulai dari niat untuk membantu orang lain. (*)
0 Komentar