
Perjalanan Singkat ke Rangkasbitung untuk Mencoba Nasi Gepuk Warung Ka Oyo
Sabtu pagi, ketika rasa bosan mulai menghampiri dan tidak ada rencana yang menarik, saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Berjalan kaki menuju Stasiun Bogor, lalu naik kereta hingga akhirnya "terdampar" di Rangkasbitung. Tujuan utamanya adalah mencoba salah satu makanan viral yang terkenal di sana, yaitu nasi daging gepuk dari Warung Ka Oyo.
Perjalanan dimulai pada pukul 7.47 WIB dengan rangkaian gerbong yang perlahan bergerak. Kereta melaju perlahan menuju Utara, melewati stasiun Manggarai untuk berganti ke Commuter Line tujuan Tanah Abang. Dari sana, saya melanjutkan perjalanan ke Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Perjalanan yang Penuh Penumpang
Di stasiun Manggarai, tempat yang dekat dengan pasar pakaian dan tekstil terbesar se-Asia Tenggara, saya bergegas masuk ke rangkaian Commuter Line jurusan Rangkasbitung. Di dalam kereta, penumpang cukup banyak, membuat saya harus berdiri dan berpegangan pada tiang dekat pintu. Meski agak menyulitkan, perjalanan berlangsung lancar.
Pada beberapa perhentian berikutnya, seperti Jurangmangu, sebagian besar penumpang turun. Sementara itu, beberapa orang lainnya naik. Akibatnya, ruang menjadi lebih lega dan udara terasa segar. Saya pun bisa duduk dan menikmati pemandangan dari balik jendela kereta.
Tiba di Rangkasbitung
Ketibaan di Rangkasbitung terjadi sekitar pukul 11.05 WIB. Stasiun Rangkasbitung sedang dalam proses perbaikan, dengan bangunan baru yang masih dalam konstruksi. Namun, kondisi stasiun masih terlihat darurat, dengan peron yang belum sepanjang rangkaian kereta, lorong yang dipenuhi spanduk, serta toilet portabel. Masih belum nyaman, tetapi proses pembangunan sedang berjalan.
Mengunjungi Warung Ka Oyo
Dari gerbang parkiran, saya melihat tulisan "Warung Nasi Ka Oyo Rangkasbitung" pada kain merah. Warung ini berada di bagian pasar, mudah diakses oleh pengunjung dari stasiun maupun terminal angkutan. Masuk ke dalam warung, saya langsung disambut oleh para pengunjung yang sedang makan siang. Meskipun waktu masih pagi, warung sudah cukup penuh.
Di etalase dan meja saji, terdapat berbagai macam hidangan: lalap, sambal, soto santan, pepes, sayur asem, petai, olahan ikan asin, tempe goreng, babat goreng, dan daging gepuk. Menurut ulasan di media sosial, daging gepuk di sini terkenal istimewa. Konon, daging tersebut diolah dari daging kerbau, yang memiliki ciri khas berbeda dibanding daging sapi.
Perbedaan Daging Kerbau dan Daging Sapi
Secara umum, daging kerbau memiliki tekstur yang kasar dan liat dibanding daging sapi yang lembut. Warnanya juga lebih tua dan pekat. Dalam hal nutrisi, daging kerbau memiliki kadar protein yang lebih tinggi namun lemak yang lebih rendah. Rasanya lebih khas dan kuat, sering dikaitkan dengan aroma daging hewan buruan.
Mencoba Nasi Gepuk Warung Ka Oyo
Saya memesan nasi daging gepuk, lalu mencari kursi kosong di meja panjang. Dalam piring tersaji daging gepuk yang empuk dan mudah dikunyah, ditambah dengan tempe goreng, bihun tumis, sambal, nasi, dan lalap. Lalap daun tespong yang langka membuat saya sedikit bingung, meski sudah bertanya nama daunnya, saya lupa lagi.
Rasanya gurih dan manis, dengan sambal yang memberikan sensasi pedas yang menyeimbangkan. Kombinasi antara daging gepuk, tempe, bihun, dan sambal membuat nasi terasa cukup. Piring pun bersih!
Pengalaman Makan Malam di Bogor
Setelah puas makan siang, saya kembali ke Bogor dengan Commuter Line. Perjalanan kembali mirip dengan perjalanan awal, melewati stasiun Tanah Abang dan Manggarai. Di stasiun Bogor, saya sempat menunaikan salat Maghrib sebelum pulang.
Untuk makan malam, saya memilih makan soto ayam kampung di warung tenda langganan. Seporsi soto hangat dengan nasi yang tercampur dalam kuah, ditambah perasan jeruk nipis dan sambal. Setelah habis, saya minum obat penurun tekanan dan pengencer darah.
Kesimpulan
Jarak antara Kota Bogor dan Rangkasbitung lebih dari 100 kilometer, dengan waktu tempuh tiga hingga tiga setengah jam jika menggunakan kendaraan. Jika menggunakan kereta, waktu tempuhnya kurang dari 3,5 jam. Tarif Commuter Line dari Bogor ke Rangkasbitung sangat terjangkau, hanya Rp13.000 sekali jalan atau Rp26.000 untuk pulang pergi.
Pengalaman kuliner di Rangkasbitung sangat mengesankan. Di dekat stasiun, saya menikmati hidangan istimewa di sebuah warung sederhana. Meskipun jauh, perjalanan ini layak dilakukan. Selain makan siang, ada pengalaman lain selama di Rangkasbitung yang akan dibagikan dalam artikel berikutnya.
0 Komentar