4 Tanda Ego Menguasai Keuanganmu, Tapi Kamu Tak Sadar

Featured Image

Gengsi yang Mengganggu Kesejahteraan Keuangan

Gengsi sering kali dianggap sebagai bagian dari kepribadian seseorang. Namun, dalam beberapa kasus, gengsi bisa menjadi penghalang yang menghambat keputusan keuangan yang sehat. Di tengah masyarakat yang cenderung mengutamakan citra, banyak orang terjebak dalam pola pikir bahwa kesuksesan atau kualitas hidup ditentukan oleh apa yang mereka miliki. Akibatnya, kebutuhan finansial yang sebenarnya tidak penting justru diutamakan.

1. Selalu Membeli Barang Branded Meski Harus Kredit

Banyak orang merasa harus memiliki barang-barang branded untuk merasa lebih baik di mata orang lain. Setiap kali melihat logo merek ternama, dorongan untuk membeli langsung muncul. Bahkan jika uang tidak cukup, mereka tetap nekat menggunakan layanan paylater atau cicilan. Hal ini dilakukan bukan karena benar-benar membutuhkan, tetapi karena takut kalah gaya.

Orang dengan gengsi tinggi sering percaya bahwa harga diri mereka ditentukan oleh label yang ada di pakaian atau aksesoris yang mereka gunakan. Padahal, barang mahal tidak selalu membawa manfaat nyata. Justru, hal ini bisa menyebabkan stres karena tagihan menumpuk. Namun, selama tampil keren di depan orang lain, rasa sakit di dompet diabaikan.

2. Pamer Kehidupan Mewah di Media Sosial

Media sosial sering dipenuhi dengan konten tentang liburan, kafe kekinian, dan belanja di mall. Tapi, kondisi keuangan sesungguhnya sering tidak sebanding dengan tampilan yang diberikan. Banyak orang rela menghemat makan seminggu hanya untuk bisa makan di tempat mewah sekali demi konten.

Gengsi bisa disembunyikan di balik istilah "lifestyle goals". Dalam era Instagrammable, kehidupan yang terlihat sempurna sering dianggap sebagai tujuan utama. Namun, jika semua yang dipamerkan hanya demi validasi dan bukan cerminan hidup sebenarnya, itu menjadi tanda bahaya. Hidup jadi kompetisi yang tidak berujung, sementara kebutuhan dasar sering dikorbankan hanya demi satu postingan.

3. Tidak Ingin Kelihatan “Biasa” di Depan Teman

Saat berkumpul dengan teman, tekanan untuk terlihat mapan sering muncul. Merasa tidak enak jika hanya memakai baju biasa atau naik kendaraan sederhana. Ada yang bahkan rela meminjam barang atau menggunakan produk KW agar terlihat setara dengan temannya.

Perasaan takut terlihat biasa membuat hidup menjadi penuh topeng. Pilihan-pilihan sederhana yang awalnya cukup justru dianggap memalukan. Padahal, teman sejati tidak akan peduli pada apa yang Anda pakai atau naiki. Namun, gengsi terus mendorong standar hidup menjadi lebih tinggi dari kemampuan asli.

4. Prioritas Hidup Digeser Demi Gaya

Membuat tabungan seharusnya menjadi prioritas utama. Namun, banyak orang justru menghabiskan uang untuk gaya hidup. Rencana masa depan seperti investasi, dana darurat, atau belajar skill baru sering tertunda karena uang digunakan untuk hal-hal yang bisa dipamerkan.

Gengsi menggeser fokus dari hal penting menjadi hal yang terlihat keren. Hidup seolah dibentuk oleh ekspektasi sosial, bukan kebutuhan pribadi. Akibatnya, ketika krisis datang, barulah sadar bahwa gengsi tidak bisa membantu membayar sewa atau isi dapur.

Kesimpulan

Gengsi bukan musuh, tapi juga bukan teman yang bisa sepenuhnya dipercaya. Jika dibiarkan mendikte keputusan keuangan, bisa jadi hidup terus dalam tekanan finansial yang tidak perlu. Gaya boleh, asalkan tidak memaksakan. Sesekali mundur dari sorotan bisa membantu fokus pada perbaikan keuangan.

Lebih baik hidup sederhana tapi tenang daripada mewah di luar tapi kacau di dalam. Saat bisa bilang "cukup" untuk hal-hal yang tidak penting, di situlah kebebasan finansial mulai terasa. Dan itu lebih keren dari apa pun yang bisa dibeli oleh gengsi.

0 Komentar