
Tekanan Finansial dan Strategi Pemulihan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM)
Pada kuartal pertama tahun 2025, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menghadapi tekanan finansial akibat normalisasi konsumsi data serta persaingan ketat di industri telekomunikasi. Hal ini memengaruhi kinerja keuangan perusahaan, terutama dalam hal pendapatan per pengguna atau average revenue per user (ARPU). Meski begitu, TLKM tetap fokus pada strategi pemulihan jangka panjang.
Penurunan Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan TLKM pada kuartal I-2025 turun sebesar 2% secara year-on-year (YoY) menjadi Rp 36,3 triliun. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti penghentian produk promosi lama dan pembersihan stok kartu perdana usang. Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Edo Ardiansyah, menilai bahwa penurunan ini sudah diprediksi, mengingat kuartal II-2025 merupakan masa transisi strategi produk dan harga.
Meskipun pendapatan sedikit melemah, TLKM tetap menjaga efisiensi operasional dan berupaya memperbaiki ARPU secara bertahap. Langkah-langkah ini menjadi kunci untuk memulihkan kinerja jangka panjang perusahaan.
Efisiensi Operasional dan Penyesuaian Produk
Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus, menyatakan bahwa tantangan makro seperti daya beli konsumen yang lemah dan sensitivitas harga terhadap perubahan tarif juga turut memengaruhi kinerja TLKM. Meskipun demikian, margin EBITDA perusahaan masih stabil di angka 50,17%, meskipun secara nominal turun 6,1% YoY.
Selain itu, aktivitas pengguna selama Lebaran lebih rendah dari biasanya. Namun, distribusi kartu SIM mulai pulih. TLKM dan pesaingnya melakukan penyesuaian harga secara bertahap, bukan menaikkan tarif secara menyeluruh. Program pensiun dini yang dimulai sejak 2024 juga memberikan dampak positif, dengan estimasi penghematan biaya hingga Rp 350 miliar per tahun.
Perubahan Strategi Produk dan Promosi
Telkomsel, anak usaha TLKM, melakukan penyederhanaan lini produk by.U dari 23 varian menjadi satu paket 3 GB. Promo seperti InternetMax dan Hot Promo Bulanan juga dihentikan. Gani, Senior Equity Analyst OCBC Sekuritas, mengatakan bahwa penghapusan promo ini menjadi langkah awal pemulihan ARPU, meskipun prosesnya berlangsung secara bertahap.
Pengembangan Infrastruktur dan Pelanggan
Di segmen fixed broadband, IndiHome berhasil menambah 230.000 pelanggan baru dan memperluas infrastruktur. Jumlah BTS meningkat 8,1% YoY menjadi 278.000 unit, termasuk ekspansi BTS 5G. Perseroan menargetkan 750.000 pelanggan baru IndiHome pada 2025, yang lebih rendah dari target awal satu juta. Penurunan ini diiringi proyeksi penurunan ARPU sekitar 5%.
Namun, langkah ini tetap positif bagi profitabilitas dan monetisasi data. Selain itu, strategi mengurangi churn rate atau pelanggan tidak aktif juga berdampak pada penurunan jumlah pelanggan sebesar 0,9% YoY. Meski begitu, kualitas basis pelanggan meningkat, ditunjukkan oleh kenaikan pelanggan pascabayar sebesar 6,2% YoY.
Dividen Tinggi dan Buyback Saham
Meski menghadapi tekanan, TLKM tetap menjaga pengelolaan modal secara disiplin. Emiten ini menyetujui pembagian dividen sebesar 89% dari laba 2024 dan menargetkan rasio dividen sebesar 90% untuk 2025–2026. Selain itu, TLKM menjalankan program buyback saham hingga Rp 3 triliun, yang mendukung pengembalian nilai kepada pemegang saham.
Rekomendasi Investasi
Ke depan, investor disarankan untuk mencermati tekanan ARPU, daya beli konsumen, dan ketergantungan TLKM pada layanan data. Namun, baik Arief maupun Gani menilai prospek semester kedua tetap positif dengan fundamental yang kuat dan imbal hasil dividen yang menarik. Mereka merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 3.300 per saham. Sementara Edo dari Phillip Sekuritas memberi rekomendasi beli dengan target harga Rp 3.550 per saham.
0 Komentar