Gubernur Malut Berpakaian Putri Duyung Rayakan HUT RI di Bawah Laut

Gubernur Malut Berpakaian Putri Duyung Rayakan HUT RI di Bawah Laut

Gubernur Maluku Utara yang Unik dalam Merayakan HUT ke-80 RI

Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda Laos, memiliki cara unik dalam merayakan HUT ke-80 Republik Indonesia. Ia memilih untuk mengibarkan bendera merah putih di bawah laut sebagai bagian dari upacara peringatan. Ini menjadi hal yang tidak biasa dan menarik perhatian banyak orang.

Pengibaran Bendera di Bawah Laut

Kegiatan ini dilakukan di Sulamadaha, Kecamatan Ternate Barat, Kota Ternate. Sherly menggunakan kostum mermaid atau putri duyung saat melakukan pengibaran bendera. Putri duyung adalah makhluk mitologi laut yang digambarkan sebagai perempuan cantik dari pinggang ke atas, dengan tubuh ikan dari pinggang ke bawah. Pemilihan kostum ini bukan tanpa alasan, karena ingin menyampaikan pesan visual tentang keterhubungan antara manusia dan alam.

Sherly menjelaskan bahwa ide awal kegiatan ini datang dari Ketua Wanita Selam Indonesia (WASI), yaitu Tri Tito Karnavian. Tujuan utama adalah untuk merayakan HUT ke-80 RI dengan cara yang sesuai dengan geografis Indonesia yang didominasi oleh laut. "Karena lebih dari 70 persen wilayah Indonesia adalah laut," ujarnya.

Kolaborasi dengan Berbagai Pihak

Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak seperti TNI, Polri, Basarnas, serta 116 diver dari komunitas selam dari berbagai daerah seperti Maluku Utara, Papua, Manado, dan Jawa. Persiapan dimulai sejak Juli lalu dan dilakukan secara kolaboratif antara WASI dan Pemerintah Provinsi Maluku Utara.

Latihan hanya dilakukan satu kali pada saat gladi bersih, yaitu pada 8 Agustus. Persiapan mencakup pembuatan bendera dan penyesuaian bentuk agar tampil rapi dan baik. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan bentuk partisipasi langsung Sherly dalam aktivitas free diving yang ia lakukan sejak tahun 2020.

Pesan yang Disampaikan

Sherly memilih kostum mermaid untuk memberikan pesan bahwa laut adalah tempat yang hidup, indah, dan perlu dijaga. Selain itu, ia juga ingin menyampaikan bahwa kemerdekaan bukan hanya bebas dari penjajah, tetapi juga bebas dari rasa takut. "Merah putih di laut adalah simbol bahwa kita tidak boleh menyerah," katanya.

Sebagai Gubernur Maluku Utara, ia juga berharap masyarakat bisa merdeka dari rasa takut, seperti kesulitan dalam pendidikan, kesehatan, dan akses layanan publik. "Masih banyak PR bagi saya sebagai Gubernur Maluku Utara," ujarnya.

Karier Politik yang Menarik

Sherly terjun ke dunia politik setelah insiden tragis pada 12 Oktober 2024 ketika kapal Bela 72 meledak di Kabupaten Pulau Taliabu, yang menewaskan suaminya, Benny Laos. Benny saat itu maju sebagai calon gubernur Maluku Utara. Untuk melanjutkan perjuangan sang suami, Sherly dipinang delapan partai koalisi untuk maju bersama Sarbin Sehe di Pilkada 2024.

Hasilnya sangat mengejutkan. Sherly berhasil meraih 359.416 suara atau 51,68 persen, mengungguli tiga pasangan lain. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Utara menetapkan Sherly dan Sarbin Sehe sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih periode 2025–2030.

Latar Belakang dan Pendidikan

Sherly lahir di Ambon pada 12 Agustus 1982 dari pasangan Paulus Tjoanda dan Maria Margaretha Liem. Ia berdarah Tionghoa dan tumbuh besar di berbagai kota seperti Ambon, Surabaya, dan Denpasar. Pendidikan formalnya cukup mentereng, dengan kuliah di Universitas Petra Surabaya jurusan International Business Management, kemudian melanjutkan program double degree di Inholland University, Belanda, pada 2004.

Karier Bisnis dan Sosial

Di dunia bisnis, Sherly aktif sebagai Direktur PT Bela Group, perusahaan keluarga yang dikelola bersama mendiang suaminya. Ia juga mendirikan dan memimpin Yayasan Bela Peduli, yayasan yang bergerak di bidang sosial, termasuk membantu anak-anak yatim.

0 Komentar