Peserta WHV di Australia Lebih Rentan Alami Kecelakaan Kerja

Featured Image

Kecelakaan dan Risiko yang Dihadapi Pemegang Visa Kerja Liburan di Australia

Jaya Daud Munthe, seorang peserta Working Holiday Visa (WHV) asal Indonesia, mengalami cedera serius saat bekerja di sebuah pabrik daging di New South Wales, Australia. Cedera tersebut terjadi ketika kardus berisi ratusan kilogram daging domba jatuh menimpa tangannya. Ia mengungkapkan kejadian itu kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia dengan mengatakan, "Saya sudah mau lari, tapi enggak keburu." Ia menjelaskan bahwa tangan kirinya terkena dampak langsung dari kardus tersebut, sehingga menyebabkan patah tulang.

Skema WHV dirancang oleh pemerintah Australia untuk memberikan kesempatan bagi anak muda dari negara-negara tertentu, termasuk Indonesia, untuk bekerja sambil berkunjung ke Australia. Namun, kejadian seperti ini memunculkan pertanyaan tentang kondisi kerja dan perlindungan yang diberikan kepada pemegang visa tersebut. Beberapa insiden kecelakaan yang dilaporkan oleh ABC menunjukkan adanya kekhawatiran terkait lingkungan kerja yang tidak aman dan kurangnya pelatihan keselamatan kerja bagi pekerja asing.

Laporan yang diterbitkan oleh Migrant Workers Centre, berjudul Backpacker Dispatches, menyebutkan bahwa skema WHV berfungsi sebagai "saluran yang secara faktual memberi upah rendah." Menurut laporan tersebut, program ini tidak memiliki perlindungan, jalur kerja permanen, dan pengawasan yang biasanya tersedia dalam program tenaga kerja migran formal. Lea Knopf, penulis laporan tersebut, yang pernah menjadi peserta WHV selama lebih dari dua tahun, mengatakan bahwa peserta WHV terpapar risiko cedera yang lebih tinggi karena jenis pekerjaan yang mereka ambil, serta kurangnya pelatihan dan informasi keselamatan kerja.

Jaya pindah ke NSW pada akhir 2024 dengan harapan bisa mendapatkan upah yang lebih baik untuk masa tua. Ia mulai bekerja di pabrik daging Southern Meats di Goulburn pada Februari 2025, tetapi hanya sebulan setelahnya, ia mengalami cedera patah tulang tangan kiri akibat tertimpa kardus berisi daging domba. Kejadian itu terjadi saat ia sedang bekerja di ruang pendingin. Ia mengatakan, "Teman saya yang dari belakang sana itu kan tugasnya mendorong, nah dia mendorongnya itu terlalu kencang... akhirnya siku-siku box dagingnya itu kena tangan saya."

Setelah cedera pertama, Jaya tidak bisa bekerja selama dua minggu. Saat kembali bekerja, ia mengalami kecelakaan lagi. Meskipun ia memberitahu agensi pemberi kerjanya, agensi tersebut tidak melaporkan insiden tersebut kepada otoritas keselamatan kerja. SafeWork NSW, lembaga yang bertanggung jawab atas keselamatan kerja di NSW, belum menerima pemberitahuan tentang insiden tersebut. Perusahaan dapat didenda hingga A$50.000 jika tidak melaporkan kecelakaan serius.

Jaya mengaku tidak berniat untuk melaporkan masalah ini karena ia telah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia merasa bahwa beban kerja dan risiko kecelakaan di pabrik daging tersebut tidak sepadan. Akhirnya, ia memutuskan untuk keluar dan bekerja di sebuah supermarket di Goulburn.

Peserta WHV Enggan Melapor

Banyak peserta WHV enggan melaporkan insiden kecelakaan atau pelanggaran hak di tempat kerja karena takut pemberi kerja akan membatalkan visa mereka. Menurut Asisten Sekretaris Serikat Pekerja NSW, Thomas Costa, sangat umum bagi pemberi kerja pekerja migran untuk tidak melaporkan kecelakaan di tempat kerja. Hal ini bisa terjadi karena mereka ingin menghindari inspeksi dari regulator yang mengawasi standar keselamatan kerja.

Ketika kasus cedera tidak dilaporkan, regulator tidak dapat menyelidiki dan memeriksa perusahaan tersebut. Departemen Dalam Negeri Australia sedang menguji coba visa lain yang memungkinkan pekerja untuk memperpanjang masa tinggal mereka di Australia sambil mencari keadilan di tempat kerja. Tujuannya adalah untuk membantu pemegang WHV yang khawatir akan konsekuensi dari melaporkan praktik kerja yang tidak aman.

Kurangnya Pelatihan Keselamatan Kerja

Aini Rodianto, seorang peserta WHV lainnya dari Indonesia, bekerja di sebuah pabrik daging di Victoria selama satu tahun. Pada April 2024, rekan kerjanya secara tidak sengaja menyiram air panas ke kakinya. Ia mengatakan, "Pas saya sadar, saya menengok, saya teriak. Dia belum sadar tuh pas saya teriak, dan air panas itu sudah masuk ke dalam boots saya." Ia dirawat di rumah sakit selama seminggu dan menjalani operasi pada kakinya.

Menurut Aini, keselamatan kerja di perusahaannya "tidak 100 persen baik" karena kurangnya fasilitas dan staf. Ia juga mengatakan bahwa teman kerjanya tidak memahami dengan benar cara membersihkan lantai. Selain itu, ada laporan dari pekerja rumah potong hewan di Melbourne yang mengatakan bahwa mereka dipaksa bekerja dengan kecepatan tinggi, mesin usang, dan tidak dilatih dengan benar tentang cara menggunakan pisau.

Rekomendasi dan Tantangan Masa Depan

Lea Knopf menyarankan agar pemerintah memperkenalkan program ketenagakerjaan yang lebih teregulasi untuk menggantikan model WHV yang ada saat ini. Anna Boucher, dosen Kebijakan Publik di Universitas Sydney, mengatakan peserta WHV harus diberikan pelatihan di negara asal mereka sebelum datang ke Australia. Dengan begitu, mereka akan mengetahui hak-hak dasar mereka sebelum bekerja dan dapat bernegosiasi dengan pemberi kerja.

Meskipun banyak tantangan, Aini menekankan kontribusi besar yang diberikan oleh peserta WHV terhadap perekonomian Australia. "Kami bisa bekerja tanpa pamrih," ujarnya. Namun, penting bagi pemerintah dan perusahaan untuk meningkatkan perlindungan dan pelatihan bagi para pekerja asing yang bekerja di sektor-sektor seperti pengolahan daging.

0 Komentar