Kecewa dengan Ketua Ansor Situbondo, PAC : Harusnya Pakai Nama Pribadi Biar Fair


SITUBONDO
 – Kontroversi mengenai penamaan GOR Bung Karna di Situbondo memicu reaksi keras dari berbagai pihak dalam organisasi Gerakan Pemuda Ansor Situbondo. Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Situbondo, Yogie Kripsian Sah, mengeluarkan klarifikasi yang mendukung program pemerintah terkait pembangunan dan penamaan GOR tersebut, yang bertentangan dengan pernyataan sebelumnya dari Ketua Bidang Organisasi, Fathullah Uday, yang menolak pembangunan dan penamaan tersebut.

Muh. Ghufron, perwakilan Pimpinan Anak Cabang (PAC) Ansor se-Kabupaten Situbondo, menyatakan kekecewaannya terhadap klarifikasi yang dibuat oleh Yogie Kripsian Sah. Menurutnya, pernyataan tersebut telah menganulir kesepakatan yang dibuat oleh Ketua Bidang Organisasi, Fathullah Uday.

"Kami hadir pada waktu itu, dan kita sepakat bahwa secara organisasi ingin mengingatkan pemerintah daerah soal penamaan GOR dengan nama pribadi Bupati Situbondo. Kami menganggap itu menabrak aturan," kata Ghufron saat dikonfirmasi.

Ghufron menekankan bahwa banyak tokoh di Situbondo yang lebih pantas dan layak diabadikan namanya untuk mengenang jasa perjuangan mereka dalam kemerdekaan Republik Indonesia. Menggunakan nama mereka untuk fasilitas publik akan menanamkan nilai-nilai kepahlawanan kepada generasi muda.

Wahyudi, Ketua PAC Arjasa, mendukung pandangan Ghufron. Menurut Wahyudi, Gerakan Pemuda Ansor secara kelembagaan selalu berkontribusi terhadap daerah melalui pemikiran dan pemberdayaan kader, termasuk mengingatkan Bupati Situbondo jika terdapat langkah yang dinilai tidak tepat.

"Selama pemerintah daerah pro terhadap rakyat kecil dan tidak keluar jalur, kami dukung. Tapi dalam konteks penamaan GOR Bung Karna ini sudah kebablasan," ungkap Wahyudi. 

Ia menambahkan bahwa jika pernyataan Fathullah Uday dianggap sebagai statemen pribadi, maka seharusnya Ketua Ansor Situbondo juga menyatakan dukungannya atas nama pribadi, bukan atas nama organisasi, demi keadilan dan menghindari konflik internal.

Samsul Arifin, Ketua Ansor Suboh, juga menyatakan kebenaran pernyataan para ketua PAC tersebut. Menurutnya, Yogie Kripsian Sah saat ini berada pada posisi sulit karena juga menjabat sebagai camat. "Tidak mungkin kita membuat pernyataan kalau tidak disepakati bersama, karena kita juga punya aturan organisasi," tegasnya.

Samsul menambahkan bahwa Fathullah Uday, sebagai Ketua Bidang Organisasi, tidak asal dalam membuat pernyataan. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil kajian para pengurus harian. "Ini murni bukan soal dukung-mendukung, tapi hasil kajian para pengurus harian. Tapi jika mau fair, gunakan nama pribadi bukan atas nama organisasi," kata Samsul.

Klarifikasi dan Dampak Politik


Ketua Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Situbondo, Yogie Kripsian Sah, menyatakan bahwa dukungannya terhadap penamaan GOR Bung Karna adalah bagian dari sikap mendukung program pemerintah. Namun, pernyataan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan PAC yang merasa bahwa perubahan sikap ini tidak merepresentasikan konsensus organisasi.

Polemik ini menunjukkan adanya dinamika internal di tubuh Gerakan Pemuda Ansor Situbondo. Organisasi yang seharusnya menjadi wadah pemersatu justru menjadi arena perdebatan karena perbedaan pandangan antara pengurus pusat dan pengurus cabang.

Situasi ini juga memperlihatkan tantangan yang dihadapi oleh pimpinan organisasi yang juga memegang jabatan dalam pemerintahan. Kepentingan pribadi dan jabatan publik kadang-kadang menimbulkan konflik kepentingan yang sulit dihindari.

Masa Depan GOR Bung Karna


Kontroversi penamaan GOR Bung Karna ini membuka diskusi lebih luas tentang bagaimana seharusnya penamaan fasilitas publik dilakukan. Banyak pihak berharap penamaan tersebut didasarkan pada tokoh-tokoh yang benar-benar berjasa dan memberikan inspirasi bagi masyarakat.

PAC Ansor Situbondo berharap agar pemerintah daerah mendengarkan aspirasi masyarakat dan mempertimbangkan usulan-usulan yang lebih inklusif dan sesuai dengan semangat kebangsaan. Mereka juga menekankan pentingnya dialog terbuka dan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan yang berdampak luas.

Dengan demikian, diharapkan penamaan GOR Bung Karna tidak hanya menjadi simbol pembangunan fisik, tetapi juga menjadi refleksi dari nilai-nilai kebersamaan, penghormatan terhadap sejarah, dan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

0 Komentar