Warga Besuki Situbondo Gelar Upacara Kemerdekaan di Tengah Laut, Wujud Cinta Tanah Air dan Syukuri Nikmat Alam


SITUBONDO
– Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 kemerdekaan Republik Indonesia, Mengusung Tema " Menuju manusia Merdeka Dalam Mengisi Kemerdekaan " PP. Nurul Hikmah Besuki Bekerjasama dengan Penggiat Komunitas Remifa Shakila menggelar upacara bendera yang unik di tengah laut perairan Situbondo,

Kegiatan ini tidak hanya sebagai bentuk semangat kemerdekaan, tetapi juga sebagai ungkapan syukur atas keindahan dan kekayaan alam Situbondo yang diberkahi dengan garis pantai terpanjang kedua di Indonesia.

Beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama nampak ikut serta menyemarakkan kegiatan tersebut. Diantaranya tampak Habib Hud Mustafa Al-Khirid, Habib Ali Syarif Ali-Habsy, Kyai Ahmad Muktashim Billah, Lora Muhammad Havid Ayatullah, dan Ustad Samhadi yang ikut serta dalam rombongan.

Koordinator kegiatan, Aji Sukmajati, menjelaskan bahwa upacara kemerdekaan di tengah laut ini sudah menjadi tradisi sejak pertama kali diadakan pada tahun 2017. Tahun ini merupakan kali keenam acara tersebut diselenggarakan, dengan antusiasme yang semakin meningkat setiap tahunnya.

"Acara di tengah laut perairan Besuki pada tahun ini alhamdulillah berkembang sampai masyarakat nelayan TPI Paiton ( KM Bibit ) juga turun andil bersama pengasuh Kyai Ahmad Muktashim Billah dan santri PP. Nurul Hikmah Besuki dan Perwakilan dari PP. Miftahul Ulum 2 yakni Lora Muhammad Havid Ayatullah tak lupa juga Masyarakat nelayan Besuki," jelas Aji.

Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 WIB, di mana rombongan peserta upacara berangkat menuju lokasi di tengah laut menggunakan dua kapal kayu besar milik nelayan setempat. Setelah sampai di titik yang ditentukan, para peserta dengan penuh semangat merangkai tiang bendera dan rakit kecil yang akan menjadi pondasi bendera merah putih.

"Upacara tahun ini berjalan penuh Khidmat dan Perjuangan Karena Santri PP. Nurul Hikmah Besuki melawan ketakutan akan laut dan tak peduli dirinya meskipun dalam keadaan Muntah (Mabuk Laut) tetap berdiri tegak dan hormat serta lantang menyayangi kan lagu kemerdekaan dan mengucapkan merdeka," cerita Aji menjelaskan pelaksanaan upacara di tengah laut itu.

Tidak hanya sampai disitu, dalam perjalanan pulang,  santri Nurul hikmah masih berjuang kembali berjalan di tepi pantai dengan medan yang cukup ngeri karna karang-karang yang dilintasi membuat kaki para santri terluka.

Kendati demikian, tantangan itu tidak menyurutkan semangat dan antusiasme santri serta masyarakat mengikuti kegiatan dan menyemarakkan hari Kemerdekaan.

"Upacara kita susun dengan sederhana supaya bisa diikuti oleh banyak pihak, umum sekalipun. Singkatnya, setelah kapal kita sampai di lokasi kegiatan, teman-teman segera mempersiapkan rakit yang dijadikan sebagai tempat pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih, dan jam 10.00 WIB kami Memulai acara tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada para pahlawan yang mana di mulai dengan berdiam diri sejenak dan dilanjut mengirim do'a kepada Para pahlawan," terang Aji.

Meskipun sederhana, suasana upacara tersebut berlangsung khidmat. Bendera merah putih berkibar di atas rakit yang mengapung di tengah laut, dikelilingi oleh dua kapal yang berhenti sejajar. Semua peserta, mulai dari santri hingga warga setempat, dengan penuh kebanggaan dan semangat mengikuti upacara hingga selesai.

Setelah upacara bendera, acara dilanjutkan dengan doa bersama sebagai ungkapan syukur atas nikmat kemerdekaan dan kekayaan alam yang dimiliki Situbondo. Sebagai penutup, para peserta memasang pemberat pada rakit bendera yang digunakan sebelumnya agar tetap berada di tempat dan tidak hanyut terbawa arus.

Namun, upacara ini tidak hanya berhenti pada simbolisasi patriotisme. Para peserta juga memasang rumpon ikan tradisional di rakit tersebut. Rumpon ini diharapkan bisa menjadi habitat baru bagi biota laut di perairan Situbondo, yang pada gilirannya akan membantu menjaga kelestarian spesies ikan setempat.

"Rumpon tradisional ini kita gunakan agar bisa menjadi habitat ikan sekaligus juga menjaga spesies ikan setempat, mengingat banyaknya warga Situbondo yang berprofesi sebagai nelayan. Selain menggelar upacara secara simbolis, ini juga upaya kami menjaga alam sekaligus menanamkan semangat cinta bangsa dan tanah air. Melalui sebuah aksi nyata," pungkas Aji.

Aji juga berharap, kegiatan itu bisa terus terlaksana sebagai bentuk penanaman semangat bagi generasi muda. 

"Semoga Tahun depan Lebih meriah dan lebih antusias lagi dari segenap santri dan masyarakat nelayan entah dari Besuki - Situbondo ataupun kabupaten tetangga khususnya masyarakat nelayan Probolinggo," pungkas Ketupat kegiatan itu.


Sebagai informasi tambahan, Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah dengan garis pantai terpanjang kedua di Indonesia, yakni sepanjang 150 kilometer, yang membentang dari Banyuglugur di ujung barat hingga Banyuputih di ujung timur. Garis pantai yang panjang ini membuat banyak warga Situbondo menggantungkan hidup mereka dari hasil laut, menjadikan profesi nelayan sebagai pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk setempat.

Melalui kegiatan ini, masyarakat Situbondo tidak hanya menunjukkan kecintaan mereka terhadap tanah air, tetapi juga terhadap kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupan mereka sehari-hari. Upacara bendera di tengah laut Situbondo menjadi bukti nyata bahwa semangat kemerdekaan dapat disemarakkan di mana saja, termasuk di tengah lautan yang luas. (*)

0 Komentar