Hadiri Harlah NU 102 di PP Nurul Jadid, Khofifah: Jawa Timur Siap Lahirkan 35 Doktor Jebolan Pesantren Tahun Ini
Probolinggo, Gubuk Inspirasi – Gubernur Jawa Timur sekaligus Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa, menyatakan bahwa tahun ini Jawa Timur akan melahirkan 35 doktor jebolan pesantren. Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara perayaan Harlah NU ke-102 dan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Jumat (24/1).
“Kami ingin mempersembahkan kepada PWNU dan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Jawa Timur, insyaAllah pada bulan Juni nanti akan ada 35 doktor baru dari kalangan pesantren, termasuk dari Ma’had Aly,” ujar Khofifah, yang disambut dengan tepuk tangan meriah dari ribuan peserta.
Khofifah menjelaskan bahwa kelahiran 35 doktor ini menjadi bagian dari langkah strategis dalam penguatan sumber daya manusia (SDM) NU di Jawa Timur. Langkah ini, menurutnya, merupakan kontribusi besar pesantren dalam mempersiapkan Indonesia menyongsong era Indonesia Emas pada 2045.
Selain itu, Khofifah juga memaparkan bahwa sebanyak 51 santri asal Jawa Timur telah berhasil menyelesaikan studi S-1 mereka di Universitas Al-Azhar, Mesir. Santri-santri yang disebutnya sebagai “ulama muda” ini diharapkan mampu menjadi pelopor dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan agama, sekaligus memperkuat posisi Jawa Timur sebagai pusat pendidikan pesantren di Indonesia.
Khofifah menilai keberhasilan ini adalah wujud nyata dari upaya pengembangan SDM berbasis pesantren yang tidak hanya berorientasi lokal tetapi juga global. Menurutnya, dengan mencetak lebih banyak doktor dan lulusan internasional dari pesantren, NU akan memiliki peran yang lebih besar dalam menghadapi tantangan nasional, termasuk persiapan menuju Indonesia Emas 2045.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga menyoroti tantangan besar yang masih dihadapi Indonesia, khususnya dalam mengurangi angka kemiskinan. Saat ini, angka kemiskinan nasional masih berada di kisaran hampir 9 persen. Ia menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pesantren, dan masyarakat untuk menurunkan angka tersebut menjadi 2 persen dalam dua dekade mendatang.
“Kita masih memiliki waktu 20 tahun untuk menurunkan angka kemiskinan menjadi 2 persen agar Indonesia dapat memasuki kategori negara maju saat Indonesia Emas pada 2045 nanti,” kata Khofifah.
Acara Harlah NU ke-102 ini menjadi momentum penting bagi penguatan NU di Jawa Timur, terutama dalam pengembangan pendidikan pesantren dan pemberdayaan masyarakat. Pesan Khofifah menunjukkan komitmen besar pemerintah Jawa Timur dalam mendukung peran pesantren sebagai pusat pengembangan SDM yang unggul dan berdaya saing global. (*)
0 Komentar