SITUBONDO – Ancaman abrasi pantai di kawasan pesisir Mandaran, Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Situbondo, mendapat perhatian khusus dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Probolinggo tahun 2025.
Pada Minggu (24/8/25), para mahasiswa bersama anggota paguyuban setempat melaksanakan kegiatan kolaboratif berupa pembangunan tangkis atau pemecah ombak sebagai upaya menahan laju abrasi di wilayah pesisir.
Program ini digagas sebagai pilot project yang diharapkan bisa memberikan manfaat jangka panjang bagi warga pesisir. Dengan adanya tangkis pemecah ombak, tanah oloran atau area daratan yang kerap tergerus air laut dapat diperluas kembali. Selain itu, proyek ini juga menjadi bentuk nyata kontribusi mahasiswa KKN UNUJA dalam membantu masyarakat menghadapi persoalan lingkungan.
Ketua kelompok KKN, Faisol Rahmatullah, menjelaskan bahwa kegiatan ini lahir dari hasil diskusi intensif antara mahasiswa dan paguyuban masyarakat Mandaran.
“Kami ingin program KKN ini bukan hanya sebatas kegiatan seremonial, tetapi benar-benar memberikan dampak nyata bagi warga. Tangkis ombak ini kami rancang sebagai langkah awal untuk melindungi pesisir dari ancaman abrasi,” ujarnya.
Menurut Faisol, keberlanjutan program sangat bergantung pada keterlibatan aktif masyarakat. Karena itu, mahasiswa Unuja Probolinggo berusaha melibatkan warga sejak tahap perencanaan hingga pelaksanaan.
“Kolaborasi dengan masyarakat menjadi kunci. Kami berharap setelah KKN selesai, warga bisa melanjutkan inisiatif ini secara mandiri,” tambahnya.
Salah satu anggota paguyuban pesisir Mandaran, Hasan Basri, menyambut baik inisiatif mahasiswa. Ia menilai keberadaan tangkis pemecah ombak akan memberikan harapan baru bagi warga yang selama ini khawatir kehilangan lahan akibat abrasi. “Kami sudah lama memikirkan solusi, dan dengan hadirnya mahasiswa KKN UNUJA ini, ada semangat baru untuk bersama-sama menjaga lingkungan pesisir,” katanya.
Selain Faisol Rahmatullah, mahasiswa yang terlibat dalam program ini adalah Muhammad Aminullah, Aditya Dwi Lanza, Zaini Muhammad, Muhammad Syafiq Rohman Zain, Ahmad Baydowi, Husnur Ridho, Hasan Fahmi, Nur Qomariah Ira Septa, dan Nur Mutmainnah Ratnasari. Mereka membagi tugas mulai dari perancangan, sosialisasi, hingga pengerjaan teknis pembangunan tangkis.
Kegiatan berlangsung sejak pagi hingga sore dengan melibatkan masyarakat sekitar. Material lokal seperti bambu dan batu dimanfaatkan untuk membangun struktur penahan ombak. Meski sederhana, warga menilai metode ini efektif untuk mengurangi dampak abrasi.
Selain berfungsi sebagai pelindung pantai, program tangkis ombak ini juga memiliki nilai edukatif. Mahasiswa UNUJA menjadikannya sebagai sarana pembelajaran bagi warga tentang pentingnya menjaga ekosistem pesisir. Dengan pendekatan partisipatif, mereka mengajak masyarakat untuk memahami bahwa keberlanjutan lingkungan sangat erat kaitannya dengan keberlangsungan hidup generasi mendatang.
Warga Mandaran yang ikut serta dalam kegiatan ini mengaku senang bisa berkontribusi langsung. Mereka berharap proyek ini tidak berhenti sebagai kegiatan KKN, tetapi bisa menjadi program berkesinambungan dengan dukungan pemerintah maupun pihak swasta.
“Kalau ada sinergi semua pihak, bukan hanya mahasiswa dan masyarakat, tapi juga pemerintah dan lembaga lain, tentu hasilnya akan lebih maksimal. Kami ingin kawasan pesisir Mandaran tetap aman dan bisa diwariskan kepada anak cucu,” ungkap Nur Qomariah Ira Septa, salah satu mahasiswa peserta KKN.
Lebih lanjut, pembina KKN Unuja Probolinggo di Paguyuban Pakulima, Dr. Hambali menerangkan, pembangunan tangkis laut itu merupakan hasil observasi terhadap kondisi lingkungan dan sosial masyarakat.
"Program yang dijalankan ini adalah hasil observasi kami selama beberapa waktu di lingkungan Mandaran. Kami melihat bahwa potensi abrasi itu nyata dan pembangunan tangkis laut adalah upaya preventif yang nyata untuk kondisi tersebut," jelas Hambali.
Tidak hanya itu, selain tangkis laut, dibangun juga beberapa gazebo bambu untuk mendorong aktivitas masyarakat setempat guna memunculkan rasa kepemilikan dan kepedulian terhadap lingkungan pesisir setempat.
"Kita juga bangun beberapa gazebo untuk mendorong adanya aktivitas sehingga muncullah rasa kepemilikan dan kepedulian. Kita manfaatkan gazebo untuk kegiatan produktif, kajian, arisan, dan kumpul rembuk warga. Untuk tangkis memang kita manfaatkan bambu, karena mudah didapatkan dan mendorong masyarakat memulai. Bisa lho, dari hal sederhana seperti ini. Nanti, ketika sudah berangsur tahan dari ombak kita bikin semi permanen atau bahkan permanen," tuturnya.
Hingga sore hari, pengerjaan tangkis berjalan lancar. Meski belum rampung sepenuhnya, hasil awal sudah terlihat mampu meredam hantaman gelombang. Mahasiswa dan warga berencana melanjutkan pembangunan secara bertahap agar hasilnya lebih kokoh dan berdaya guna jangka panjang.
Dengan adanya program KKN UNUJA 2025 ini, diharapkan pesisir Mandaran bisa semakin terlindungi dari ancaman abrasi. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi bukti nyata bahwa sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah dapat menghasilkan solusi praktis sekaligus menumbuhkan kesadaran kolektif menjaga lingkungan. (*)
0 Komentar