
Kembali Mengenal Sepeda Ontel Tua
Pagi yang sejuk di sudut kota, jalan masih sepi, angin sepoi-sepoi menghembuskan kesan tenang. Di tengah suasana itu terdengar suara kring... kring...: sepeda onthel tua melintas. Bukan hanya sekadar bunyi nostalgia, tetapi juga tanda bahwa sepeda kuno ini kembali hidup sebagai ruang kreativitas, rekreasi, dan jembatan antar generasi.
Siapa yang Menyukai Sepeda Ontel Tua?
Meski belum ada data akademik yang pasti tentang jumlah penggemar sepeda onthel di Indonesia, komunitas seperti KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia) menunjukkan bahwa mayoritas anggotanya adalah mereka yang berusia 40 hingga 70 tahun. Mereka biasanya memiliki keahlian dalam merestorasi dan mengumpulkan sepeda klasik dari Eropa seperti Gazelle dan Simplex. Namun, sejak 2022 hingga 2025, KOSTI mulai memperluas cakupannya dengan membuka peluang bagi anak muda melalui acara sekolah, workshop restorasi, dan parade sepeda. Meskipun tidak ada data spesifik, tren peningkatan anggota muda di komunitas ini menunjukkan minat yang semakin berkembang.
Gowes Estetik sebagai Gaya Hidup
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Gen Z (lahir antara 1997 hingga 2012) berjumlah sekitar 74,93 juta jiwa atau 27,9% populasi Indonesia, diikuti oleh Milenial sebesar 25,9%. Kelompok usia ini menjadi motor utama tren gaya hidup baru, seperti nongkrong kopi, wisata kreatif, gowes, dan konsumsi estetika.
Sejak pandemi, tren gowes meningkat pesat di kalangan Gen Z dan Milenial. Sepeda lipat, MTB, dan road bike menjadi simbol gaya hidup aktif. Namun, sepeda onthel menawarkan sesuatu yang berbeda: nilai estetika vintage, nilai budaya, dan proses restorasi yang resonan dengan minat estetika anak muda yang gemar membuat konten di Instagram dan TikTok.
Proses restorasi sepeda onthel bukan hanya sekadar memperbaiki komponen, tetapi juga menjadi panggung ekspresi kreatif. Dari mengecat ulang rangka, menambah aksesoris, hingga membuat lampu glowing, modifikasi jok kulit atau lampu minyak, hingga memasang keranjang antik, semua bisa menjadi proyek kreatif yang disukai oleh berbagai generasi.
Pengalaman Edukatif dan Interaktif
Ikut serta dalam komunitas lokal, menghadiri workshop, bertukar onderdil, atau ikut gowes bersama komunitas bisa menjadi pengalaman edukatif yang interaktif. Gen Z yang membawa smartphone merekam proses 'beforeafter', lalu membagikannya sebagai konten inspiratif. Tren sepeda tua yang tetap relevan ini bukan hanya sekadar rekreasi, tetapi juga rekreasi yang artistik dan bermakna.
Gowes bareng berpadu dengan diskusi ringan tentang budaya, keberlanjutan, dan gaya hidup lambat. Semua ini menciptakan rekreasi yang tidak hanya sehat, tetapi juga sentimental dan substansial.
Relevansi Sosial: Keberlanjutan dan Identitas Lokal
Di tengah meningkatnya perhatian terhadap lingkungan, sepeda onthel tua melambangkan semangat reuse. Restorasi artinya memperpanjang umur sepeda tua alih-alih membeli yang baru, sesuai dengan nilai konsumsi sadar yang digemari generasi muda saat ini.
Selain itu, sepeda onthel menjadi bagian dari identitas lokal. Bayangkan ontel khas Yogyakarta, Solo, atau Semarang dengan aksesoris bambu atau batik. Awan estetis ini memiliki potensi besar untuk wisata kreatif dan branding lokal bagi daerah.
Kesimpulan
Dengan bahasa yang ringan, Gen Z dan Milenial bisa mulai melihat kembali sepeda onthel tua. Cari sepeda bekas, ikuti workshop restorasi, buat konten kreatif, dan ikut event komunitas. Lewat setiap kayuhan, kita bisa menjaga warisan budaya sambil menciptakan karya visual yang keren. Bagi komunitas veteran atau senior, buka lagi ruang bagi generasi baru. Undang anak muda ke sekolah, cadangkan workshop, adakan lomba sepeda lambat, gowes bersama, atau parade antik. Jadikan komunitas lebih inklusif agar cerita onthel tidak hanya menjadi museum, tapi narasi hidup.
Sepeda onthel tua bukan hanya relik masa lalu. Ia adalah medium yang menghubungkan kisah lama dengan energi kreatif generasi muda. Di era yang serba cepat, sepeda ini mengajarkan kita untuk menghargai proses, mengapresiasi estetika yang abadi, dan merawat warisan budaya. Jika generasi sebelumnya berhasil menjaga onthel tetap hidup, maka tugas kita hari ini adalah membuatnya tetap berarti.
Mari kayuh sepeda onthel bukan sekadar nostalgia. Kayuh sebagai perayaan kreativitas, gaya hidup sehat, kepedulian lingkungan, dan persaudaraan lintas generasi. Dari satu onthel, kita bisa mengayuh berjuta cerita.
0 Komentar