
Bahasa sebagai Jembatan Persahabatan antara Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia
Pada perayaan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, sebuah seminar kebahasaan penting digelar oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Seminar ini bertajuk “Peranan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu dalam Diplomasi dan Hubungan Antarbangsa.” Acara ini menjadi wadah untuk memperkuat kolaborasi antarnegara yang memiliki bahasa serumpun serta menegaskan peran bahasa sebagai alat strategis dalam kerja sama pendidikan, budaya, dan politik luar negeri.
Visi Bersama dalam Kerja Sama Kebahasaan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti, menyampaikan bahwa forum ini diharapkan dapat melahirkan semangat baru guna merefleksikan visi kawasan yang berwibawa dan berdaya saing global. Majelis Bahasa Brunei Darussalam–Indonesia–Malaysia (Mabbim) sejak awal berdiri menjadi simbol koordinasi kebijakan, peristilahan tata bahasa, dan pelestarian bahasa negara anggota.
Dalam situasi arus global dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, ketiga negara memiliki peluang besar untuk membangun ekosistem kerja sama kebahasaan yang tangguh dan relevan bagi generasi mendatang. Mulai dari pendidikan, diplomasi publik, hingga standardisasi istilah untuk ilmu pengetahuan.
Tiga Pesan Penting dalam Kebijakan Kebahasaan
Menteri Mu’ti menyampaikan tiga pesan penting dalam kebijakan kebahasaan. Pertama, bahasa sebagai mandat konstitusional dan rumah kebangsaan. Bahasa memelihara persatuan, menjaga martabat, dan mengantar warga pada layanan publik yang bermutu.
Kedua, bahasa sebagai infrastruktur pengetahuan. Kehadiran Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korpus peristilahan, dan standar kemahiran berbahasa dapat menuntun sains, pendidikan, dan naskah resmi menuju peningkatan mutu.
Ketiga, bahasa sebagai jembatan persahabatan antarbangsa. Diplomasi kebahasaan, pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), dan standardisasi bersama mempermudah mobilitas dan meneguhkan posisi kawasan di panggung global.
Peran Bahasa dalam Memperkuat Hubungan Regional
Kepala Badan Bahasa, Hafidz Muksin, menambahkan bahwa seminar Mabbim menjadi momentum untuk mempererat hubungan persahabatan antarnegara serumpun. Ia menilai bahwa seminar kebahasaan antarbangsa ini menjadi momentum berharga untuk memperkuat persatuan, keragaman, dan diplomasi bahasa di kancah antarbangsa.
Menurut Hafidz, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu merupakan warisan agung yang tidak hanya mencerminkan identitas kebangsaan, tetapi juga menjembatani peradaban serumpun di Asia Tenggara. Dalam konteks global yang terus berubah, kedua bahasa ini memegang peran strategis untuk memperkuat kerja sama regional, memperluas diplomasi budaya, dan memperkaya komunikasi antarbangsa.
Semangat Bersama dalam Mabbim
Dari Brunei Darussalam, Pemangku Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka, Awang Suip bin Haji Abdul Wahab, menilai bahwa Mabbim lahir dari semangat bersama untuk mendukung, memajukan, dan menyatukan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu, bahasa resmi, dan bahasa integrasi antarbangsa.
Ia menekankan bahwa Mabbim menjadi komponen penting dalam kerja sama kebahasaan, menandakan kesepakatan tiga bangsa serumpun dalam menjadikan bahasa kita sebagai lambang ilmu dan jatidiri bersama.
Komitmen Bersama untuk Masa Depan
Hazami bin Jahari, yang diwakili oleh Pengarah Jabatan Pembinaan Bahasa dan Sastera, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Tuan Haji Mohd Salahuddin bin Dato’ Paduka Mohamed, menyebut Mabbim sebagai sebuah badan kebahasaan yang telah mempererat hubungan persahabatan dan persaudaraan tiga wilayah serumpun, menegaskan semangat kebersamaan melalui satu bahasa yang serumpun.
Melalui forum Mabbim 2025, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Malaysia meneguhkan komitmen untuk menjadikan bahasa sebagai fondasi persahabatan, ilmu pengetahuan, dan diplomasi antarbangsa. Dengan semangat yang sama, ketiga negara akan terus bekerja sama untuk memperkuat hubungan kebahasaan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
0 Komentar