PROBOLINGGO, GUBUKINSPIRASI.id – Penetapan Kiai Kholil Bangkalan sebagai Pahlawan Nasional memantik antusiasme berbagai kalangan, terutama masyarakat Madura yang memiliki kedekatan historis dengan tokoh karismatik tersebut.
Menyambut penghargaan negara kepada ulama besar itu, Jong Madura (JongMa) Probolinggo menyiapkan rangkaian kegiatan tasyakuran dan kajian pemikiran yang akan melibatkan mahasiswa dari empat kabupaten di Madura.
Persiapan kegiatan dimulai dengan konsolidasi awal yang digelar di Wisma Dosen Universitas Nurul Jadid pada Kamis (20/11/2025). Pertemuan itu mempertemukan perwakilan mahasiswa asal Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan yang kini menempuh pendidikan di wilayah Probolinggo Raya. Lokasi tersebut dipilih sebagai ruang bertemunya gagasan sekaligus titik awal menyatukan komitmen generasi muda Madura untuk merespons dinamika budaya yang berkembang.
Ketua Umum JongMa Probolinggo, Ponirin Mika, menjelaskan bahwa penetapan Kiai Kholil sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Madura, tetapi juga momentum penting untuk memperkuat identitas kultural generasi muda. Ia menilai banyak nilai luhur Madura yang kini mengalami kemunduran, terutama yang berkaitan dengan karakter sosial masyarakat.
Persiapan kegiatan dimulai dengan konsolidasi awal yang digelar di Wisma Dosen Universitas Nurul Jadid pada Kamis (20/11/2025). Pertemuan itu mempertemukan perwakilan mahasiswa asal Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan yang kini menempuh pendidikan di wilayah Probolinggo Raya. Lokasi tersebut dipilih sebagai ruang bertemunya gagasan sekaligus titik awal menyatukan komitmen generasi muda Madura untuk merespons dinamika budaya yang berkembang.
Ketua Umum JongMa Probolinggo, Ponirin Mika, menjelaskan bahwa penetapan Kiai Kholil sebagai Pahlawan Nasional bukan hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Madura, tetapi juga momentum penting untuk memperkuat identitas kultural generasi muda. Ia menilai banyak nilai luhur Madura yang kini mengalami kemunduran, terutama yang berkaitan dengan karakter sosial masyarakat.
“Banyak nilai dan tradisi Madura yang mengalami penurunan. Keakraban dan kesopanan yang dulu sangat lekat dalam kehidupan masyarakat kita kini semakin jarang ditemukan,” ungkapnya.
Ponirin juga menyoroti melemahnya ikatan persaudaraan yang dulu menjadi ciri khas kuat antarwarga Madura. Menurutnya, kondisi tersebut perlu segera ditangani melalui gerakan kolektif yang dipelopori oleh pemuda, terutama mahasiswa sebagai kelompok yang memiliki akses ilmu dan ruang refleksi yang lebih luas. Ia menegaskan bahwa revitalisasi nilai budaya Madura tidak bisa ditunda, terlebih mengingat derasnya arus budaya luar yang mulai menggeser cara hidup masyarakat Madura.
Ponirin juga menyoroti melemahnya ikatan persaudaraan yang dulu menjadi ciri khas kuat antarwarga Madura. Menurutnya, kondisi tersebut perlu segera ditangani melalui gerakan kolektif yang dipelopori oleh pemuda, terutama mahasiswa sebagai kelompok yang memiliki akses ilmu dan ruang refleksi yang lebih luas. Ia menegaskan bahwa revitalisasi nilai budaya Madura tidak bisa ditunda, terlebih mengingat derasnya arus budaya luar yang mulai menggeser cara hidup masyarakat Madura.
“Ada dampak besar dari budaya baru yang masuk, dan ini perlahan-lahan mengikis nilai-nilai yang dulu dijaga oleh para leluhur,” tambahnya.
Dalam rangka menyikapi kondisi tersebut, JongMa merancang kegiatan tasyakuran sebagai bentuk syukur atas pengakuan negara terhadap jasa besar Kiai Kholil. Selain itu, kajian pemikiran tentang perjuangan dan ketokohan beliau akan menjadi bagian penting dari agenda tersebut. Kajian akan membahas perjalanan intelektual Kiai Kholil, mulai dari perannya dalam pergerakan nasional, kontribusinya dalam dunia pendidikan, hingga aspek tasawuf yang menjadi karakter khas pemikiran beliau.
Ponirin berharap, melalui kajian tersebut generasi muda dapat memahami lebih dalam jejak perjuangan Kiai Kholil dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam memperkuat jati diri kultural. Ia menegaskan bahwa tokoh besar seperti Kiai Kholil bukan sekadar figur historis, tetapi juga representasi nilai-nilai luhur yang perlu diwarisi.
Dalam rangka menyikapi kondisi tersebut, JongMa merancang kegiatan tasyakuran sebagai bentuk syukur atas pengakuan negara terhadap jasa besar Kiai Kholil. Selain itu, kajian pemikiran tentang perjuangan dan ketokohan beliau akan menjadi bagian penting dari agenda tersebut. Kajian akan membahas perjalanan intelektual Kiai Kholil, mulai dari perannya dalam pergerakan nasional, kontribusinya dalam dunia pendidikan, hingga aspek tasawuf yang menjadi karakter khas pemikiran beliau.
Ponirin berharap, melalui kajian tersebut generasi muda dapat memahami lebih dalam jejak perjuangan Kiai Kholil dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi dalam memperkuat jati diri kultural. Ia menegaskan bahwa tokoh besar seperti Kiai Kholil bukan sekadar figur historis, tetapi juga representasi nilai-nilai luhur yang perlu diwarisi.
“Pemahaman terhadap tokoh-tokoh besar seperti Kiai Kholil sangat penting agar kita sebagai pemuda Madura tidak kehilangan arah. Ini juga dapat menjadi bekal untuk menghadapi tantangan modernitas,” ujarnya.
Selain memperkuat pemahaman sejarah dan budaya, JongMa Probolinggo menargetkan kegiatan ini mampu mempererat jejaring mahasiswa Madura di Probolinggo Raya. Jejaring tersebut dinilai strategis untuk membangun gerakan pelestarian budaya Madura yang lebih terarah dan berkelanjutan. Para mahasiswa diharapkan dapat saling bertukar gagasan serta merumuskan langkah-langkah nyata untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dalam kehidupan sehari-hari.
JongMa juga berencana menjadikan kegiatan ini agenda rutin sebagai ruang konsolidasi dan penguatan identitas bagi pemuda Madura. Dengan penetapan Kiai Kholil sebagai Pahlawan Nasional, mereka melihat momen ini sebagai energi baru untuk mengembalikan kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga tradisi, etika sosial, dan karakter masyarakat Madura yang selama ini dikenal berpegang teguh pada nilai religius dan kesantunan.
Kegiatan tasyakuran dan kajian pemikiran Kiai Kholil dijadwalkan menjadi puncak rangkaian agenda JongMa dalam beberapa waktu ke depan. Dengan dukungan mahasiswa dari berbagai daerah di Madura, gerakan ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam memperkuat identitas budaya sekaligus menumbuhkan kesadaran historis generasi muda di tengah tantangan modernitas yang semakin kompleks. (*)
Selain memperkuat pemahaman sejarah dan budaya, JongMa Probolinggo menargetkan kegiatan ini mampu mempererat jejaring mahasiswa Madura di Probolinggo Raya. Jejaring tersebut dinilai strategis untuk membangun gerakan pelestarian budaya Madura yang lebih terarah dan berkelanjutan. Para mahasiswa diharapkan dapat saling bertukar gagasan serta merumuskan langkah-langkah nyata untuk menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dalam kehidupan sehari-hari.
JongMa juga berencana menjadikan kegiatan ini agenda rutin sebagai ruang konsolidasi dan penguatan identitas bagi pemuda Madura. Dengan penetapan Kiai Kholil sebagai Pahlawan Nasional, mereka melihat momen ini sebagai energi baru untuk mengembalikan kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga tradisi, etika sosial, dan karakter masyarakat Madura yang selama ini dikenal berpegang teguh pada nilai religius dan kesantunan.
Kegiatan tasyakuran dan kajian pemikiran Kiai Kholil dijadwalkan menjadi puncak rangkaian agenda JongMa dalam beberapa waktu ke depan. Dengan dukungan mahasiswa dari berbagai daerah di Madura, gerakan ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam memperkuat identitas budaya sekaligus menumbuhkan kesadaran historis generasi muda di tengah tantangan modernitas yang semakin kompleks. (*)
0 Komentar