
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Berlangsung Meski Tidak Ada Siswa Baru
Pada tahun ajaran 2025/2026, kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) telah dimulai di berbagai sekolah di Indonesia. Meskipun sebagian besar sekolah menghadapi penurunan jumlah siswa baru, beberapa lembaga pendidikan tetap menjalankan proses tersebut dengan penuh semangat.
SD Kanisius Bandung I: Hanya 24 Siswa yang Ikut MPLS
Di SD Kanisius Bandung I, yang terletak di Padukuhan Nogosari I, Kelurahan Bandung, Playen, Gunungkidul, DIY, MPLS dilaksanakan meskipun tidak ada siswa baru kelas 1. Kegiatan ini hanya diikuti oleh 24 siswa dari kelas 2 hingga kelas 6. Menurut FX Yulianto, staf sekolah, sebenarnya ada satu calon siswa yang mendaftar, namun dipindahkan ke sekolah lain dalam satu yayasan.
"Kami mempertimbangkan kepentingan siswa dan sosialisasi anak. Jika kami hanya memikirkan kepentingan sekolah, mungkin kami terima, tapi itu tidak boleh," ujarnya. Orang tua calon siswa menyetujui keputusan tersebut, dan siswa akhirnya dialihkan ke SD Kanisius Wonosari II.
SD Kanisius Bandung I yang berdiri sejak 1964 mengalami penurunan jumlah siswa secara bertahap sejak awal tahun 2000-an. Dulu, sekolah ini ramai, tetapi saat ini hanya memiliki 24 siswa aktif. Namun, jumlah guru tetap lengkap, yaitu 9 orang. Prestasi sekolah juga tidak tertinggal, bahkan mencapai peringkat dua tingkat korwil dan sekitar 15-an tingkat kabupaten.
SDN 1 Patalan: Penurunan Jumlah Siswa Setiap Tahun
Di SDN 1 Patalan, Kecamatan Blora, Jawa Tengah, tidak ada siswa baru untuk kelas 1 pada tahun ajaran 2025/2026. Kepala Sekolah, Dhian Mayasari, menjelaskan bahwa jumlah siswa di sekolah ini terus menurun setiap tahun. Saat ini, total siswanya hanya 30 anak, dengan rata-rata kelas tidak mencapai 10 siswa.
Meskipun demikian, sekolah tetap menjalani MPLS untuk siswa kelas 2 hingga kelas 6. Kegiatan ini melibatkan pengenalan wali kelas, pembagian jadwal piket, kesepakatan kelas, serta pembagian jadwal pelajaran. Upaya-upaya seperti pemberian seragam gratis, alat sekolah, dan fasilitas antar-jemput dilakukan agar masyarakat lebih tertarik menyekolahkan anaknya di sekolah ini.
SDN Wijimulyo Lor: Hanya Satu Siswa yang Mengikuti MPLS
Di SDN Wijimulyo Lor, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, DIY, hanya ada satu siswa yang mengikuti MPLS. Siswa bernama Zefa RAA (6 tahun) diperkenalkan kepada lingkungan sekolah dan guru. Meskipun suasana kelas terasa sepi, ruangan disiapkan agar tidak tampak kosong.
Guru, Sriyati, menjelaskan bahwa beberapa program MPLS seperti bermain berkelompok dan lagu tidak bisa dilakukan karena hanya ada satu siswa. Meski begitu, guru berusaha menjaga semangat Zefa dengan menyanyi bersama dan berbincang tentang aktivitas di rumah. Setelah istirahat, Zefa diajak berkeliling sekolah untuk mengenal berbagai ruangan.
SDN Wijimulyo Lor selama beberapa tahun terakhir mengalami penurunan jumlah siswa. Tahun ajaran ini, total siswanya hanya 29 orang, tersebar di enam kelas. Letak sekolah di jalan provinsi dan dikelilingi area persawahan menjadi salah satu faktor rendahnya minat masyarakat.
Sekolah Lain dengan Siswa Tunggal
Selain SDN Wijimulyo Lor, ada dua sekolah lain yang memiliki murid tunggal. Di SDN Kauman 27 Solo, Jawa Tengah, hanya ada satu siswa baru yang masuk melalui jalur afirmasi. Sedangkan di SDN 1 Kendalrejo, Trenggalek, Jawa Timur, guru memberikan pengajaran baca tulis kepada satu-satunya murid kelas 1.
Di Kabupaten Pandeglang, Banten, SDN Karaton 5 sempat terancam ditutup karena kekurangan murid. Meskipun begitu, guru-guru tetap berupaya memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa yang ada.
Dengan situasi ini, banyak sekolah menghadapi tantangan untuk tetap bertahan dan menarik minat masyarakat. Meski jumlah siswa sedikit, semangat dan komitmen guru serta pihak sekolah tetap menjadi kunci keberhasilan pendidikan.
0 Komentar